Langsung ke konten utama

22 TAHUN REFORMASI : #REFORMASIDIKORUPSI KAUM MUDA BERGERAKLAH! TUNTASKAN REFORMASI!


22 TAHUN REFORMASI :
#REFORMASIDIKORUPSI
KAUM MUDA BERGERAKLAH!
TUNTASKAN REFORMASI!


   
(oleh: Bidang Media dan propaganda)

      Reformasi kini berumur 22 tahun. Terhitung masih sangat muda, namun semangat revolusioner kaum muda tetap menyala. Kala reformasi kaum muda beserta segenap elemen dosen, buruh, petani, pelajar, masyarakat adat bergerak untuk menyuarakan perlawanan terhadap rezim Soeharto yang penuh dengan kepentingan KKN (Korupsi – Kolusi – Nepotisme) dan memiliki catatan kelam pelanggaran HAM berat yang pada hari ini belum ada titik terangnya. Kaum muda yang berjiwa militan pada saat itu harus bergerak di bawah tanah demi menghindari penangkapan apalagi penculikan yang dilakukan oleh aparat ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

·         Kaum muda dalam gerakan menentang Soeharto dan Reformasi 1998
            Sebelum adanya gerakan reformasi pada 1998, riak-riak protes menyala dari tahun ke tahun. Jauh sebelumnya ada gerakan yang di pelopori Arif Budiman dan kawannya pada tahun 1969-1971 yang mendeklarasikan sebagai Golongan Putih untuk menuntut UU Pemilu karena mematikan gerakan politik baru. Golkarlah yang didukung oleh militer, di nilai menginjak hak asasi dan membuat kecewa kaum muda.  Kemudian ada juga demonstrasi pada tahun 1974 yang di pelopori dewan mahasiswa Universitas Indonesia yang menolak masuknya produk jepang, walau gerakan ini kemudian berhasil redup karena di tunggangi oleh militer. Lalu 1978 protes dilakukan oleh mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandung) mereka menilai pemerintah indonesia telah mulai keluar dari cita cita bangsa sejak lahirnya, mereka melakukan mogok kuliah. Kemudian pada bulan April 1996, mahasiswa dari berbagai kampus di Makassar (dahulu bernama Ujung Pandang) yang tergabung dalam FPIM (Forum Pemuda Indonesia Merdeka), melakukan demonstrasi di gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. FPIM menolak keras pemberlakuan SK Walikota Makassar no.900/1996 tentag Kenaikan Tarif Angkutan Umum yang dianggap memberatkan bagi seluruh masyarakat kota Makassar[1]. Namun aksi demonstrasi itu berujung tewasnya 3 mahasiswa UMI (Universitas Muslim Indonesia) Makassar, yaitu Syaiful Bya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif yang diduga akibat tindakan brutalisme aparat ABRI terhadap massa aksi, yang juga mengakibatkan 29 orang luka-luka. Mahasiswa Makassar mengenang itu dengan sebutan AMARAH (April Makassar Berdarah), yang diperingati tanggal 24 April setiap tahunnya. Dan begitupula seterusnya. Yang pada akhirnya memuncak pada Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 yang dimana 4 mahasiswa Trisakti menjadi martir demokrasi, yaitu Hendriawan Sie, Hafidin Royan, Hery Hartanto, dan Elang Mulya Lesmana. Berlanjut pada aksi massa berikutnya yang kemudian berhasil memaksa presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah gedung pemerintahan diduduki oleh mahasiswa maupun sektor rakyat tertindas.

Apakah Reformasi berhasil menghapuskan penindasan ?
            Reformasi memang telah melepaskan kita dalam cengkraman rezim Orde baru. Perjuangan Reformasi memang telah membuka ruang demokrasi bagi rakyat untuk berpendepat, berorganisasi dan lain sebagainya. tetapi belum melepaskan kita secara utuh dalam belenggu sistem ekonomi politik yaitu sistem kapitalisme yang sejak orde baru di pelihara untuk melamggengkan kekuasaannya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menguasai seluruh sumber daya alam yang kita miliki. Setelah Reformasi Masih ada tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh negara, salah satunya adalah menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu, seperti; Genosida 1965-1966, Tanjung Priok Berdarah 1984, Talangsari Berdarah 1989, april Makassar Berdarah 1996, Pelanggaran HAM pada saat berlakunya DOM (Daerah Operasi Militer) di Aceh dan Papua, penghilangan paksa pada 1997-1998, tragedi 1998, terbunuhnya Marsinah, hilangnya Wiji Thukul Dan lain sebagainya.
           
      Di era reformasi, ternyata ciri-ciri politik Orde baru mulai kembali bangkit, setelah 22 tahun Tumbangnya Soeharto. misalnya dalam Rezim jokowi saat ini, setelah memenangkan dua periode, selama ini jokowi kemudian mempercayakan berbagai jendral purnawirawan ada dibelakangnya, yang memiliki cacatan keterlibatan dalam kasus pelanggaran HAM seperti Wiranto, Prabowo, Raimizard Ricudu. kemudian dipilihnya Polri menduduki pimpian KPK, memberikan ruang DPR sebagai Dewan pengawas. lalu penangkapan aktivis pro demokrasi yang mempertahankan haknya, terjadi penggusuran di Kulonprogo, penggusuran di Taman sari, pembunuhan salim kancil aktivis lingkungan, perampasan ruang hidup warga kendeng oleh pabrik semen, dan perampasan ruang hidup warga seputaran tambang (sanga-sanga dan desa mulawarman), penangkapan aktivis Papua, Uang kuliah semakin mahal, dan lain sebagainya. Begitulah rezim ini perlahan mengekang warga negaranya yang sama saja dengan rezim orde baru.

Kaum Muda Bergeraklah, Tuntaskan Reformasi !!
            Setelah 22 Tahun Reformasi. Pada bulan September 2019 lalu, kaum muda di seluruh penjuru negeri kembali muncul dengan semangat dan kekuatan yang sangat besar, menyuarakan perlawanan dengan grand issue #ReformasiDiKorupsi. Mulai dari Aceh hingga pelosok timur Indonesia, kaum muda bergerak dengan 7 tuntutan #ReformasiDiKorupsi. Adapun tuntutan yang disuarakan kaum muda seluruh Indonesia adalah; mendesak Presiden untuk segera mengeluarkan Perpu terkait UU KPK, menolak TNI dan POLRI menempati jabatan sipil, hentikan militerisme di Papua, bebaskan tanpa syarat aktivis prodemokrasi, sahkan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual), dan lain sebagainya. Gerakan ini kemudian hanya bertahan selama tiga hari dan berhasil di pukul mundur oleh rezim jokowi dengan melakukan mediasi kekampus-kampus membicarakan tuntutan maahsiswa, seperti yang dilakukan DPR Provinsi Kaltim dengan pihak kepolisian di kampus Universitas Widyagama, Universitas 17 Agustus samarinda, dan lainnya, dengan tujuan meredamkan gerakan #ReformasiDikorupsi hingga RUU KPK saat itu disahkan oleh DPR-RI.
        
      Kegagalan gerakan ini seharusnya menjadi evaluasi yang mendalam dalam gerakan kaum muda saat ini, evaluasi ini bisa merujuk pada gerakan yang sangat sektarian, gerakan yang sangat spontan, cendrong berkolaborasi dengan kelompok yang memiliki kedekatan dengan elit politik, Serta kelompok yang tidak memiliki militansi dalam membangun persatuan politik rakyat, Sehingga melemahkan gerakan #ReformasidiKorupsi.  Lantas apa yang harus kita lakukan? Dalam situasi saat ini, kita di hadapkan dengan Covid-19 yang sebenarnya sudah membuka mata kita melihat Rezim yang sangat bobrok dengan berbagai kepentingan modal, yang tidak pernah mengutamakan kepentingan rakyat. Sejak pandemi Covid-19 Negara benar-benar memperlihatkan kepentingannya untuk tidak menyelamatkan rakyat, misalnya dengan tetap bersih keras untuk membahas Omnibus Law cipta kerja padahal saat ini PHK terjadi dimana-mana seperti yang disampaikan oleh kemnaker bahwa terdapat 3 juta orang terkena PHK akibat covid, RUU Minerba tetap disahkan padahal inilah jalan mulus bagi para perusak lingkungan, Belum lagi isu soal Omnibus(uk) Law yang juga akan di bahas, padahal RUU Omnibus Law sudah jelas adalah paket kepentingan para oligarki yang berkuasa atas bisnis sawit dan pertambangan. Seperti yang kita ketahui, gelombang penolakan atas Omnibus Law, Gelombang penolakan PHK, pembayaran Uang kuliah yang Mahal, Fasilitas kesehtan yang tidak memadahi, dan lain-lain terjadi dimana-mana, seperti di Banda Aceh, Medan, Jakarta, Karawang, Surabaya, Yogyakarta, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Makassar, hingga ke seluruh pelosok negeri. Kekuatan yang sudah bergerak ini perlu dikuatkan, diluaskan dan di persatukan. Dan Kedepan kita perlu membangun satu bentuk persatuan yang permanen antara kaum muda di tingkat lokal maupun nasional dan membangun persatuan alat politik alternatif/Partai alternatif Rakyat bersama kaum buruh dan rakyat tertindas lainnya untuk menumbangkan Rezim yang tidak mementingkan kepentingan Rakyat ini.
          
  Dengan menolak Omnibuslaw, menolak Ruu Minerba, menolak pendidikan mahal, menolak kerusakan lingkungan, melawan kekerasan seksual, mendorong pengusutan kasus pelanggaran HAM, menolak PHK, menolak kriminalisasi, menolak semua yang memperpanjang penindasan maka kita sudah berupaya untuk menuntaskan Reformasi.

    Sebagai penutup, Kami kelompok belajar anak muda ingin menyampaikan bahwa kami membuka dirir kepada kawan kawan gerakan yang anti elit politk borjuis, jika ada tawaran membangun persatuan maka kami akan membuka diri bagi siapapun. Terima Kasih.

Ditulis oleh :
Tuka Gonzales (Anggota Bidang Keorganisasian dan politik KBAM) dan  Kawan tersayangnya Anggota KBAM.



[1] https://www.cakrawalaide.com/kronologis-april-makassar-berdarah-amarah-1996/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA Mahasiswa sebuah istilah yang seharusnya mengandung makna terpelajar dan kritis. Hal itu sudah semestinya selalu melekat dalam raga dan jiwa seorang mahasiswa. Secara umum untuk menyematkan istilah mahasiswa kepada sesorang adalah ketika ia memasuki gerbang universitas, serta melintasi berbagai proses acara penerimaan mahasiswa baru oleh kampus. Di dalam berbagai proses ini mahasiswa baru wajib untuk menyelesaikan agenda yang seringkali syarat dengan narasi "sakral". Grand narasi inilah yang menjelma sebagai lorong untuk menjadi mahasiswa yang identik dengan OSPEK.  Mahasiswa Baru & OSPEK Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau akronimnya OSPEK selalu terbayang menakutkan bagi mahasiswa baru dan selalu dinantikan oleh sebagian mahasiswa yang sudah senior beserta alumninya. Berbagai rapat yang panjang, alot dan berhari-hari menjadi penghias waktu sebelum terlaksananya OSPEK, berbagai interupsi susul menyusul dari bagian mahasis...

Fadli Zon Memanipulasi Tragedi Mei 1998

  Tragedi Mei 1998 adalah salah satu babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia. Ribuan nyawa melayang, properti ludes terbakar, dan yang paling mengerikan, laporan-laporan tentang perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa mencoreng kemanusiaan. Dalam iklim politik pasca-reformasi yang masih rentan, upaya untuk memahami, merekonstruksi, dan merekonsiliasi sejarah krusial untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul narasi-narasi tandingan yang alih-alih mencerahkan, justru berpotensi memanipulasi ingatan kolektif, bahkan menolak keberadaan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Fadli Zon sebagai Mentri Kebudayaan Republik IIndonesia, sebagai figur publik dan politisi, kerap menjadi sorotan dalam konteks ini, khususnya terkait pandangannya yang meragukan insiden perkosaan massal 1998. Fadli Zon dan Penolakan Fakta: Sebuah Pola yang Berulang Fadli Zon, melalui berbagai platform, termasuk media sosial ...

KELANGKAAN MINYAK DI KOTA PENGHASIL MINYAK TERBESAR

  Namaku Muchamad Abim Bachtiar (akrab disapa bach), saat ini sedang berkuliah di Program Studi Administrasi Publik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 6 semester dan sedang getol – getolnya aktif di Eksekutif Mahasiswa, saya tertarik untuk mengangkat isu minyak yang akhir – akhir ini hangat diperbincangkan di Kalimantan Timur. Kita semua mengetahui bahwa di Kalimantan Timur terdapat sebuah kota dengan penghasil minyak terbesar ketiga di Asia Tenggara, kota yang menjadi pusat ekspor minyak di berbagai provinsi hingga negara lain. Namun sayangnya, masyarakat yang hidup di kota tersebut malah mendapatkan masalah krisis atau kelangkaan dalam mendapatkan minyak dalam bermobilisasi. Kota ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Balikpapan. Aku akan memantik tulisan ini dengan memberitahu ke kawan – kawan semua bahwa Pertamina yang mendapatkan lisensi BUMN tak bosan - bosannya merugikan rakyat kecil. Korupsi yang meraup keuntungan 900t me...