Langsung ke konten utama

KILASAN SEJARAH PERANG SIPIL DI PRANCIS

 KILASAN SEJARAH PERANG SIPIL DI PRANCIS 



Tahun 1870

*10 Januari: sekitar 100.000 orang berdemonstrasi melawan Kekaisaran Kedua Bonaparte setelah kematian Victor Noir, seorang jurnalis Republikan yang tewas dibunuh kemenakan Sang Kaisar, Pierre Bonaparte. 

8 Mei: sebuah plebisit nasional semakin meyakinkan Kaisar dimana 84% dari suara menyokongnya. Malamnya, anggota-anggota Plebisit Federasi Paris ditangkap karena dituduh berkonspirasi melawan Napoleon III. Dalih ini selanjutnya digunakan penguasa untuk melakukan kampanye-kampanye penyiksaan terhadap anggota-anggota International di seluruh Prancis.

19 Juli: sesudah melakukan perjuangan diplomatik atas usaha Prussia untuk menguasai tahta Spanyol, Louis Bonaparte mengumumkan perang terhadap Prussia.

23 Juli: Marx menyelesaikan apa yang kemudian kita kenal sebagai “First Address”.

26 Juli: “First Address” diluncurkan dan didistribusikan secara internasional oleh Assosiasi Klas Pekerja Internasional (IWMA).

4-6 Agustus: Putra Mahkota Frederick, yang mengomandoi salah satu dari 3 angkatan bersenjata Prusia untuk menduduki Prancis, mengalahkan Marsekal Prancis Mac Mahon di Worth dan Weissenburg, memaksanya keluar dari Alsace (Timur laut Prancis), mengepung Strasbourg, dan bergerak maju menuju Nancy. Dua angkatan perang Prusia lainnya mengisolasi pasukan Marsekal Bazaine di Metz.

16-18 Agustus: upaya Komandan Prancis Bazaine untuk membawa pasukannya menguasai wilayah tentara Jerman dipatahkan secara berdarah di Mars-L-Tour dan Gravelotte. Tentara Prussia maju ke Chalons.

1 September: Pertempuran Sedan. Mac Mahon dan Bonaparte mencoba membebaskan Bazaine di Metz dan menemukan jalan-jalan sudah ditutup, terjebak masuk pertempuran dan dikalahkan di Sedan.

2 September: Kaisar Napoleon III dan Mac Mahon menyerah di Sedan beserta serdadunya yang berjumlah 80000-an orang.

*4 September: sesudah mendengar kabar tentang Sedan, buruh Paris menguasai Palais Bourbon dan memaksa Dewan Legislatif untuk mengumumkan kejatuhan Kaisar. Sore harinya, Republik Ketiga diproklamasikan di Hotel de Ville (Balaikota) di Paris. Pemerintahan Pertahanan Nasional (GND) Sementara didirikan untuk melanjutkan perang mengusir Jerman dari Prancis.

5 September: berbagai pertemuan dan demonstrasi-demonstrasi diadakan di London dan kota-kota besar lainnya, dimana mereka membuat resolusi-resolusi dan petisi yang menuntut Pemerintah Inggris untuk segera mengakui Republik Prancis. Majelis Umum Internasional I terlibat langsung mengorganisasikan gerakan ini. 

6 September: GND mengeluarkan pernyataan: Salahkan perang pada pemerintahan Imperialis, kita sekarang butuh perdamaian, tapi “tidak akan satu jengkal tanah pun, tidak akan ada satu batu dari benteng kita pun, yang akan kita serahkan”. Dengan didudukinya kota Alsace-Lorraine oleh Prussia, -perang tidak terhenti.

19 September: dua angkatan perang Jerman memulai pengepungan panjang terhadap kota Paris. Bismarck menyangka bahwa buruh-buruh Prancis yang “lemah dan dekaden” akan segera menyerah. GND mengirimkan seorang utusan ke Tours, yang selanjutnya disusul Gambetta (yang meloloskan diri dari Paris dengan menggunakan balon), untuk mengorganisasikan perlawanan di berbagai provinsi. 

27 Oktober: Tentara Prancis yang dikomandani Bazaine beserta sejumlah 140.000-180.000 orang menyerah di Metz. 

30 Oktober: Garda Nasional Prancis dikalahkan di Le Bourget.

*31 Oktober: Begitu mendengar bahwa Pemerintahan Pertahanan Nasional (GND) melakukan negosiasi dengan Prussia, kaum buruh Paris dan seksi-seksi revolusioner dalam Garda Nasional, melakukan pemberontakan yang dipimpin Blanqui. Mereka menguasai Hotel de Ville (Balaikota) dan mendirikan pemerintahan revolusioner.—Komite Keselamatan Umum, yang dipimpin Blanqui. Pada tanggal 31 Oktober, Flourens mencegah setiap anggota GND untuk ditembak mati, sebagaimana yang dituntut oleh seorang pemberontak. 

1 November: dibawah tekanan kaum buruh, GND berjanji untuk mundur dan menjadwalkan pemilihan umum nasional untuk Komune—janji yang tidak berniat untuk diwujudkan. Kaum buruh yang tenggelam dengan penampilan “legal”nya, pemerintah dengan kekerasan mengambil-alih Hotel de Ville dan mengukuhkan kembali dominasinya atas seluruh kota yang terkepung. Pengurus Komune Paris Blanqui ditahan dengan alasan pengkhianatan.




Tahun 1871 

22 Januari: Kaum proletariat Paris dan Garda Nasional menyelenggarakan sebuah demonstrasi revolusioner, yang diinisiatifi oleh kaum Blanquis. Mereka menuntut penggulingan pemerintah dan pendirian Komune. Atas instruksi GND, Garda Mobile Breton, yang menjaga Hotel de Ville, menembaki para demonstran. Sesudah pembantaian kaum buruh tersebut, pemerintah mempersiapkan penyerahan Paris pada Jerman.

28 Januari: sesudah perjuangan buruh selama 4 bulan yang panjang, Paris takluk pada Prussia. Ketika serdadu reguler dilucuti senjatanya, Garda Nasional masih diijinkan untuk pegang senjata—penduduk Paris masih banyak menyisakan orang-orang bersenjata dan membiarkan pendudukan tentara hanya di sebagian kecil dari kota. 

8 Februari: pemilihan yang tidak diketahui sebagian besar penduduk, diadakan di Paris.

12 Januari: Majelis Nasional yang baru bersidang di Bordeaux; dua pertiga dari anggota-anggotanya adalah golongan konservatif yang menginginkan perang dihentikan.

16 Januari: Majelis memilih Adolphe Thiers sebagai Ketua Eksekutif.

26 Februari: Traktak (perjanjian) perdamaian awal antara Prancis dan Jerman ditandatangi di Versailles oleh Adolphe Thiers dan Jules Favre, di satu pihak dan Bismarck di pihak lain. Prancis menyerahkan Alsace dan Lorraine Timur kepada Jerman dan membayar ganti rugi sejumlah 5 milyard francs. Pendudukan tentara Jerman akan ditarik secara perlahan sesudah pembayaran dilakukan. Perjanjian perdamaian secara final ditandatangani di Frankfurt-di Main pada tanggal 10 Mei 1871.

*1-3 Maret: sesudah perjuangan dan penderitaan selama berbulan-bulan, kaum buruh Paris sangat marah atas masuknya tentara Jerman ke Paris, dan penyerahan diri pemerintah. Garda Nasional menyebrang dan mengorganisasikan sebuah Komite Sentral.

10 Maret: Majelis Nasional mengeluarkan peraturan yang menunda pembayaran utang yang sudah melewati jadwal (overdue bills); di bawah peraturan ini pembayaran debit obligasi yang dilakukan antara tanggal 13 Agustus dan 12 November 1870 harus ditangguhkan. Hukum tersebut menyebabkan kebangkrutan banyak kaum borjuis kecil.

11 Maret: Majelis Nasional ditunda. Dengan kericuhan di Paris, mereka mendirikan Pemerintahannya di Versailles pada tanggal 20 Maret. 

*18 Maret: Adolphe Thiers berusaha melucuti senjata-senjata di Paris dengan mengirimkan serdadu Prancis (tentara reguler), tetapi karena persahabatan dengan kaum buruh Paris, mereka menolak instruksi Thiers tersebut. Jenderal Claude Martin Lecomte dan Jacques Leonard Clement Thomas dibunuh oleh pasukannya sendiri. Banyak tentara yang secara damai keluar dari Paris, dan lainnya tinggal. Karena kekejaman Thiers, Perang Sipil terjadi.

26 Maret 1871: Sebuah Dewan Kotapraja—Komune Paris—dipilih oleh penduduk Paris. Komune terdiri dari para buruh, yang di antara mereka merupakan anggota Internasional I serta para pengikut Proudhon dan Blanqui.

28 Maret: Komite Sentral Garda Nasional,yang selanjutnya memikul beban pemerintahan, meletakkan jabatan sesudah dekritnya yang pertama tentang penghapusan secara permanen “Moralitas Polisi”. 

30 Maret: Komune menghapuskan wajib militer dan darurat militer? (standing army); Garda Nasional, dimana di dalamnya semua penduduk yang mampu dilibatkan, merupakan satu-satunya kekuatan bersenjata. Komune membatalkan pembayaran sewa rumah tinggal dari Oktober 1870 sampai bulan April 1871. Pada hari yang sama, orang asing yang terpilih menjadi anggota Komune secara penuh disahkan, karena “bendera Komune adalah bendera Republik Dunia”. 

1 April: Komune menyatakan bahwa upah tertinggi yang diterima anggota Komune tidak boleh melampaui 6000 francs. 

2 April: Dalam rangka menekan Komune Paris, Thiers menyerukan kepada Bismarck supaya memberi ijin

memperkuat tentara Versailles dengan tahanan perang Prancis, yang sebagian besar telah bertugas sebagai serdadu yang menyerah di Sedan dan Metz. Agar pembayaran kerugian perang sejumlah 5 milyard francs dipenuhi, Bismarck setuju. Tentara Prancis mulai mengepung Paris. Paris secara terus-menerus dibombardir, yang lebih lagi, yaitu oleh orang-orang yang ternoda dengan pembombardiran kota yang sama oleh Prussia.

Komune mendekritkan pemisahan Gereja dari Negara, dan penghapusan seluruh pembayaran negara untuk kepentingan keagamaan dan mentransformasikan seluruh hak milik gereja menjadi hak milik nasional. Agama dinyatakan sebagai sepenuhnya urusan pribadi.

5 April: Dekrit tentang penawanan disahkan sebagai upaya untuk mencegah tertembaknya kaum Komunards oleh Pemerintah Prancis. Di bawah dekrit ini, semua orang yang ditemukan bersalah melakukan kontak dengan pemerintah Prancis dinyatakan sebagai tawanan. Hal ini tidak pernah dilaksanakan.

6 April: Guillotine dikeluarkan oleh Batalion 137 Garda Nasional, dan secara terbuka dibakar, di tengah rakyat yang begitu gembira.

7 April: pada 7 April, tentara Prancis mengambilalih Seine menyebrang pada Neuilly, di bagian depan sebelah barat Paris. 

Sebagai reaksi atas Pemerintah Prancis yang menembak mati para Komunard yang tertangkap, Komune mengeluarkan keputusan “an eye for an eye (hutang darah dibayar darah)”, dan mengancam balas-dendam. Gertakan ini secara cepat diserukan. Kaum buruh Paris tidak mengeksekusi seorang pun.

8 April: Dekrit tentang pengeluaran dari sekolah-sekolah segala simbol-simbol, gambar-gambar, dogma-dogma, doa-doa keagamaan—dalam 1 kalimat, “segala sesuatu yang berhubungan dengan kesadaran alam individual”—. Dekrit ini secara bertahap dilaksanakan.

11 April: Dalam penyerangan ke bagian selatan Paris, tentara Prancis dipukul mundur dan kalah besar oleh Jenderal Eudes.

12 April: Komune menetapkan bahwa Tugu Kemenangan yang ada di Istana Vendome, yang diambil-alih secara paksa oleh Napoleon sesudah perang tahun 1809, harus dihancurkan sebagai simbol chauvinisme dan penghasutan kebencian nasional. Dekrit ini diloloskan pada tanggal 16 Mei. 

16 April: Komune menetapkan penundaan pembayaran seluruh hutang obligasi selama 3 tahun dan membatalkan bunga yang ditimpakan atasnya.

Komune memerintahkan untuk membuat tabulasi statistik pabrik-pabrik yang ditutup oleh pengusaha, dan membuat perencanaan supaya kaum buruh yang dulunya bekerja di pabrik ini menjalankannya, dimana ia harus diorganisasikan dalam masyarakat koperatif, serta merencanakan bagaimana mengorganisasikan koperasi-koperasi ini menjadi satu serikat besar.

20 April: Komune membatalkan kewajiban kerja malam bagi tukang roti, termasuk surat registrasi kaum buruh, dimana sejak Kekaisaran Kedua dijalankan, sepenuhnya jadi wewenang polisi—sang penindas nomor satu; isu tentang kartu registrasi ini telah digulirkan kepada walikota 20 kodya (arrondissement) di Paris.

23 April: Thiers menolak perjanjian pertukaran, yang ditawarkan oleh Komune, yaitu antara Uskup Paris [Georges Darboy] beserta beberapa orang pendeta lain yang ditahan di Paris, dengan 1 orang saja, yaitu Blanqui, yang terpilih 2 kali dalam Komune, tapi masih berstatus tahanan di Clairvaux.

27 April: Dalam menghadapi pemilu kota tanggal 30 April, Thiers memainkan salah satu skenario besar perdamaiannya. Dia berseru dari tribun Dewan: “Sama-sekali tidak ada persekongkolan melawan Republik selain Paris, yang memaksa kami harus meneteskan darah Rakyat Prancis. Saya ulangi dan ulangi itu…………”. Lebih dari 700.000-an orang-orang dewan kotapraja, Legitimist bersatu, Orleanist dan Bonapartist (Party of Order) tidak berhasil meloloskan wakilnya 8.000 orang.

30 April: Komune memerintahkan penutupan rumah gadai, dengan dasar bahwa hal tersebut merupakan penghisapan pribadi tenaga kerja, dan bertentangan dengan hak buruh atas alat-alat kerja maupun kredit.

5 Mei: pada tanggal ini diperintahkan penghancuran atas Kapel Atonement (Kapel Penebusan Dosa), yang dibangun sebagai ekspiasi atas eksekusi Louis XVI.

9 Mei: Benteng Issy, yang telah sepenuhnya hancur oleh tembakan-tembakan maupun pengeboman secara terus-menerus, jatuh ke tangan tentara Prancis

10 Mei: Traktak perdamaian yang disepakati pada bulan Februari ditandatangani, dan selanjutnya dikenal sebagai Traktak Frankfurt (disahkan oleh Majelis Nasional pada tanggal 18 Mei).

16 Mei: Tugu Vendôme dihancurkan. Tugu ini didirikan antara tahun 1806 hingga 1810 di Paris dalam memperingati kejayaan Napoleonis Prancis; Tugu ini dibuat dari kumpulan perunggu senjata-senjata musuh yang dimahkotai dengan patung Napoleon.

21-28 Mei: pada tanggal 21 Mei serdadu-serdadu Versailles memasuki Paris. Tentara Prussia yang menguasai benteng sebelah utara dan timur membiarkan serdadu Versailles ini lewat sepanjang daerah utara kota, yang mana seharusnya tidak boleh sesuai dengan perjanjian gencatan senjata—kaum buruh Paris menguasai sisinya dengan kekuatan yang sangat lemah. Sebagai akibatnya, hanya perlawanan yang lemah terjadi di belahan barat, di kota yang mewah; pada saat bersamaaan serdadu Versailles semakin kuat dan kokoh mendekati belahan timur kota, kota kaum buruh. 

Tentara Prancis membutuhkan waktu 8 hari untuk membantai kaum buruh, serta menembaki kaum sipil yang terlihat. Operasi ini dipimpin oleh Marshall MacMahon, yang selanjutnya menjadi Presiden Prancis. Puluhan ribu kaum Komunard dan kaum buruh dengan cepat dibantai (yakni sejumlah lebih kurang 30.000 orang); 38.000 orang dipenjara, dan 7.000 orang dideportasi secara paksa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA Mahasiswa sebuah istilah yang seharusnya mengandung makna terpelajar dan kritis. Hal itu sudah semestinya selalu melekat dalam raga dan jiwa seorang mahasiswa. Secara umum untuk menyematkan istilah mahasiswa kepada sesorang adalah ketika ia memasuki gerbang universitas, serta melintasi berbagai proses acara penerimaan mahasiswa baru oleh kampus. Di dalam berbagai proses ini mahasiswa baru wajib untuk menyelesaikan agenda yang seringkali syarat dengan narasi "sakral". Grand narasi inilah yang menjelma sebagai lorong untuk menjadi mahasiswa yang identik dengan OSPEK.  Mahasiswa Baru & OSPEK Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau akronimnya OSPEK selalu terbayang menakutkan bagi mahasiswa baru dan selalu dinantikan oleh sebagian mahasiswa yang sudah senior beserta alumninya. Berbagai rapat yang panjang, alot dan berhari-hari menjadi penghias waktu sebelum terlaksananya OSPEK, berbagai interupsi susul menyusul dari bagian mahasis...

Fadli Zon Memanipulasi Tragedi Mei 1998

  Tragedi Mei 1998 adalah salah satu babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia. Ribuan nyawa melayang, properti ludes terbakar, dan yang paling mengerikan, laporan-laporan tentang perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa mencoreng kemanusiaan. Dalam iklim politik pasca-reformasi yang masih rentan, upaya untuk memahami, merekonstruksi, dan merekonsiliasi sejarah krusial untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul narasi-narasi tandingan yang alih-alih mencerahkan, justru berpotensi memanipulasi ingatan kolektif, bahkan menolak keberadaan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Fadli Zon sebagai Mentri Kebudayaan Republik IIndonesia, sebagai figur publik dan politisi, kerap menjadi sorotan dalam konteks ini, khususnya terkait pandangannya yang meragukan insiden perkosaan massal 1998. Fadli Zon dan Penolakan Fakta: Sebuah Pola yang Berulang Fadli Zon, melalui berbagai platform, termasuk media sosial ...

KELANGKAAN MINYAK DI KOTA PENGHASIL MINYAK TERBESAR

  Namaku Muchamad Abim Bachtiar (akrab disapa bach), saat ini sedang berkuliah di Program Studi Administrasi Publik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 6 semester dan sedang getol – getolnya aktif di Eksekutif Mahasiswa, saya tertarik untuk mengangkat isu minyak yang akhir – akhir ini hangat diperbincangkan di Kalimantan Timur. Kita semua mengetahui bahwa di Kalimantan Timur terdapat sebuah kota dengan penghasil minyak terbesar ketiga di Asia Tenggara, kota yang menjadi pusat ekspor minyak di berbagai provinsi hingga negara lain. Namun sayangnya, masyarakat yang hidup di kota tersebut malah mendapatkan masalah krisis atau kelangkaan dalam mendapatkan minyak dalam bermobilisasi. Kota ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Balikpapan. Aku akan memantik tulisan ini dengan memberitahu ke kawan – kawan semua bahwa Pertamina yang mendapatkan lisensi BUMN tak bosan - bosannya merugikan rakyat kecil. Korupsi yang meraup keuntungan 900t me...