Langsung ke konten utama

International Women's Day 2022

International Women's Day 2022


International Women's Day atau yang biasa disebut dengan "Hari Perempuan Internasional" selalu diperingati setiap Tanggal 8 Maret.

Mengapa demikian?

Sejarah mencatat, Pada tahun 1910 seorang Pemimpin 'Kantor Perempuan' yaitu Clara Zetkin mengajukan sebuah gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional dan menyarankan setiap negara merayakan satu hari dalam setahun untuk mendukung aksi tuntutan perempuan.

Pergerakan perempuan di Rusia menggelar aksi damai menentang Perang Dunia I pada 8 Maret 1913. Setahun kemudian, perempuan di seantero Eropa menggelar aksi yang sama di tanggal yang sama.

Di era Perang Dunia II, 8 Maret pun digunakan seluruh dunia sebagai penanda momentum advokasi kesetaraan gender.

Hingga akhirnya, tanggal 8 Maret 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai memperingatinya walaupun belum ditetapkan secara resmi. Peresmian tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia terjadi dua tahun kemudian, tanggal 8 Maret 1977, dan terus diperingati hingga saat ini.

Tujuan dari Peringatan International Women's Day ini sendiri adalah sebagai sebuah tonggak pergerakan perempuan untuk terbebas dari permasalahan diskriminasi, pelecehan seksual serta untuk mencapai kesetaraan secara utuh bagi seluruh perempuan yang ada diseluruh penjuru dunia.

Meskipun sudah diperingati sejak lama , sampai saat ini pun perempuan belum sampai dipuncak kesetaraan. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa ISD atau Hari Perempuan Internasional terus diperingati disetiap tahunnya, karena selain untuk mengingat jasa para perempuan yang telah berhasil mendobrak stigma - stigma negatif perempuan , IWD jugadmenjadi ajang untuk mengangkat kembali isu - isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.

Dilansir dari situs resminya, International Women’s Day memilih #BreakTheBias sebagai tema kampanye yang diusung karena secara disengaja atau tanpa disadari, bias membuat perempuan sulit untuk maju.

Melalui tema kampanye ini, International Women’s Day memperjuangkan dan menyuarakan kesetaraan perempuan di seluruh dunia.

Pada kesempatan kali ini, International Women’s Day juga mengajak dunia untuk mematahkan semua bias yang ada di sekitar kita, seperti di komunitas, tempat kerja, sekolah, maupun perguruan tinggi.

Dengan begini, kesetaraan terhadap perempuan dapat tercapai, sehingga dunia menjadi lebih beragam, adil, inklusif, dan bebas dari bias, stereotip, maupun diskriminasi.

Sudah Saatnya perempuan bangkit, bebas dari segala macam ancaman dan diskriminasi. Wujudkan sistem perlindungan sosial yang tidak diskriminatif, inklusif, menghargai keragaman dan menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan perlindungan yang sama.

Selamat Hari Perempuan Internasional 🌹

Ditulis : Deby - KBAM KALTIM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA Mahasiswa sebuah istilah yang seharusnya mengandung makna terpelajar dan kritis. Hal itu sudah semestinya selalu melekat dalam raga dan jiwa seorang mahasiswa. Secara umum untuk menyematkan istilah mahasiswa kepada sesorang adalah ketika ia memasuki gerbang universitas, serta melintasi berbagai proses acara penerimaan mahasiswa baru oleh kampus. Di dalam berbagai proses ini mahasiswa baru wajib untuk menyelesaikan agenda yang seringkali syarat dengan narasi "sakral". Grand narasi inilah yang menjelma sebagai lorong untuk menjadi mahasiswa yang identik dengan OSPEK.  Mahasiswa Baru & OSPEK Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau akronimnya OSPEK selalu terbayang menakutkan bagi mahasiswa baru dan selalu dinantikan oleh sebagian mahasiswa yang sudah senior beserta alumninya. Berbagai rapat yang panjang, alot dan berhari-hari menjadi penghias waktu sebelum terlaksananya OSPEK, berbagai interupsi susul menyusul dari bagian mahasis...

Fadli Zon Memanipulasi Tragedi Mei 1998

  Tragedi Mei 1998 adalah salah satu babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia. Ribuan nyawa melayang, properti ludes terbakar, dan yang paling mengerikan, laporan-laporan tentang perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa mencoreng kemanusiaan. Dalam iklim politik pasca-reformasi yang masih rentan, upaya untuk memahami, merekonstruksi, dan merekonsiliasi sejarah krusial untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul narasi-narasi tandingan yang alih-alih mencerahkan, justru berpotensi memanipulasi ingatan kolektif, bahkan menolak keberadaan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Fadli Zon sebagai Mentri Kebudayaan Republik IIndonesia, sebagai figur publik dan politisi, kerap menjadi sorotan dalam konteks ini, khususnya terkait pandangannya yang meragukan insiden perkosaan massal 1998. Fadli Zon dan Penolakan Fakta: Sebuah Pola yang Berulang Fadli Zon, melalui berbagai platform, termasuk media sosial ...

KELANGKAAN MINYAK DI KOTA PENGHASIL MINYAK TERBESAR

  Namaku Muchamad Abim Bachtiar (akrab disapa bach), saat ini sedang berkuliah di Program Studi Administrasi Publik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 6 semester dan sedang getol – getolnya aktif di Eksekutif Mahasiswa, saya tertarik untuk mengangkat isu minyak yang akhir – akhir ini hangat diperbincangkan di Kalimantan Timur. Kita semua mengetahui bahwa di Kalimantan Timur terdapat sebuah kota dengan penghasil minyak terbesar ketiga di Asia Tenggara, kota yang menjadi pusat ekspor minyak di berbagai provinsi hingga negara lain. Namun sayangnya, masyarakat yang hidup di kota tersebut malah mendapatkan masalah krisis atau kelangkaan dalam mendapatkan minyak dalam bermobilisasi. Kota ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Balikpapan. Aku akan memantik tulisan ini dengan memberitahu ke kawan – kawan semua bahwa Pertamina yang mendapatkan lisensi BUMN tak bosan - bosannya merugikan rakyat kecil. Korupsi yang meraup keuntungan 900t me...