KOPI KAPAL TONGKANG
Duduk di tepian sambil menyeruput kopi kapal api tubruk buatan warung bu’de ditemani pemandangan kapal tongkang yang sibuk lalu lalang di sungai mahakam membawa batubara dari ulu ke ilir sungai mahakam. Sedikit nafas terengah melihat panjangnya antrian kapal yang begitu panjangnya dari depan kantor Gubernur sampai depan Islamic Centre, jejeran kapal itu lebih dari 10 kapal lebih sedang berlomba mengantarkan butiran-butiran emas hitam sampai ke tempat tujuan. Kapal-kapal tongkang sibuk lalu-lalang melintasi sungai mahakam berisikan gunung-gunung hitam batubara yang siap di antar menuju laut lepas hingga menuju pulau jawa ataupun bali.
Bagi sebagian orang yang bekerja di pertambangan batubara tersenyum lebar melihat kondisi ini karena hal tersebut merupakan sumber uang bagi mereka namun sebagian orang lain menganggap bahwa batubara tersebut adalah sumber pengrusakan alam yang dimana hutan di Samarinda yang dulunya lebat kini malah gundul akibat aktifitas pertambangan yang merajalela, perdebatan demi perdebatan di sosial media antara sesama warganet yang memiliki dua pendapat yang kontradiktif.
Siapa yang terpikir, seberapa besar untungnya mereka para oligarki tambang yang terus mengeruk batubara di Samarinda yang membuat aktifitas pertambangan semakin banyak di Samarinda, belum lagi banyak kasus lubang-lubang bekas galian lubang tambang yang mereka buat banyak sekali tetapi ditinggalkan tanpa mereklamasi lubang-lubang tersebut. Padahal hal ini telah di atur dalam Undang-undang. Banyak sekali kasus korban meninggal di lubang tambang, tapi pemerintah daerah sekedar lepas tangan dan pura-pura buta tuli terhadap kasus tersebut. Jelas sekali padahal Aksi Kamisan Kaltim yang di laksanakan di depan kantor Gubernur tiap kamis sudah mengangkat tema 39 korban lubang tambang, tapi apa daya Isran selalu melucu tiap kali diwawancara oleh media, salah satu wawancara fenomenal beliau ketika di tanyakan mengenai korban lubang tambang beliau menjawab “mungkin ada hantunya”.
Teriris hati, ketika bapak gubernur terlucu tersebut menyampaikan hal itu di media, aku tertawa memang “hahahahahaha........ BANGSAT KAU!” sembari memaki seperti itu membuat semakin kesal aku dengan gubernur ini melebihi Anies Baswedan. Itu tugas Pemerintah pak! Pengawasan kalian itu tidak jelas bagaimana bisa para perusahaan tambang itu kabur sesuka hatinya meninggalkan lubang kematian yang menganga dan siiap memakan korban, cepat laksanakan aturan-aturan yang ada, Reklamasi & Pasca tambang itu dilaksanakan setelah proses penambangan selesai, bukan hanya sekedar buku panduan dan sebagai alat kesepakatan kalian belaka.
Pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang adalah jalan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sebagai pelaksana pertambangan dan pemerintah sebagai pengawas. Reklamasi dan pasca tambang telah banyak di atur pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan menteri, Peraturan daerah kota. Tetapi lubang tambang di Samarinda semakin banyak dan siap memakan korban lagi. Kembalikan kesucian alam Kalimantan Timur, jangan semakin dirusak tanah kami semakin kering, titik banjir semakin banyak, resapan air semakin sedikit, stop korban berjatuhan. Bukan hanya di tutup dengan seng atau pagar besi! Laksanakan Reklamasi! Laksanakan Pasca Tambang!
Ditulis oleh : Notaslim boy - Anggota Kelompok belajar anak muda
Komentar