Langsung ke konten utama

Mengenang 28 Tahun Pemberontakan Moskow 1993, Revolusi Oktober Kedua Yang Gagal

Mengenang 28 Tahun Pemberontakan Moskow 1993, Revolusi Oktober Kedua Yang Gagal

- Radit - KBAM KALTIM




30 tahun yang lalu, di tanggal 25 Desember 1991 dunia menyaksikan kolapsnya Uni Republik Sosialis Sovyet (URSS). Jutaan mata menyaksikan penurunan bendera Sovyet di Kremlin untuk yang terakhir kalinya, dimana peristiwa ikonik tersebut disiarkan lewat TV.

Negara sosialis raksasa yang didirikan oleh para pekerja lewat Revolusi Oktober 1917 tersebut harus mengalami kenyataan yang cukup pahit dan menyedihkan. Menjelang keruntuhannya, URSS menghadapi berbagai permasalahan besar mulai dari bangkitnya gerakan ultranasionalis di berbagai wilayah negara tersebut sampai yang paling fatal, yakni ketidakmampuan Partai Komunis Uni Sovyet untuk mengontrol kekuatan-kekuatan kontra-revolusi diinternalnya. Semua problem-problem ini muncul ketika pemimpin terakhir dari URSS, Mikhail Gorbachev malah memilih jalan yang menyimpang (revisionis) dari MLs dengan alasan bahwasanya sosialisme di Uni Sovyet hanya bisa dipertahankan lewat kebijakan-kebijakan yang cenderung neo-liberal. Maka dari itu, Gorbachev menerbitkan kebijakan Glasnost dan perestroika, dimana kebijakan ini mengurangi kontrol partai atas negara dan alat produksinya secara masif. Apa hasil dari jalan yang ditempuh Gorbachev ? Yaitu bencana terbesar untuk perjuangan proletariat di paruh terakhir abad 20.

Ketidakmampuan Soviet untuk mengurus elemen kontra-revolusinya, sebagai konsekuensi dari jalan yang diambil oleh Gorbachev. Memunculkan berbagai tokoh yang mendorong keruntuhan URSS. Salah satunya ialah Boris Yeltsin, yang saat itu menjabat sebagai Presiden dari Republik Sosialis Federasi Rusia (RSFSR).

Menjelang keruntuhan dari URSS, Yeltsin dipuja-puja bak pahlawan yang akan menyelamatkan Rusia dari kekacauan yang disebabkan Gorbachev. Dia sangat popular di mata rakyat Rusia saat itu, dimana dia memposisikan dirinya dalam melawan Partai Komunis Uni Sovyet. Dia makin populer setelah berani menentang kudeta pro soviet tanggal 21 Agustus 1991, dimana tujuan dari kudeta tersebut ialah menggulingkan Gorbachev dari tahtanya. Namun, kudeta tersebut digagalkan oleh Yeltsin dan pengikutnya. Beberapa hari setelah percobaan kudeta tersebut, Yeltsin dan Gorbachev berkolaborasi untuk membubarkan Partai Komunis Uni Sovyet. Aksi kedua orang ini malah mempercepat runtuhnya URSS. 

Pada malam natal 25 Desember 1991, Gorbachev membacakan surat pengunduran dirinya sebagai pemimpin dari URSS lewat siaran televisi. Dengan begini, riwayat URSS selesai sudah.

Kebanyakan dari rakyat Rusia saat itu mengamini kejatuhan Sovyet dengan sepenuh hati. Banyak dari mereka beranggapan bahwasanya keruntuhan Sovyet ialah harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan semua kekacauan yang disebabkan oleh Gorbachev. Saat itu, banyak rakyat Rusia yang menaruh harapan besar pada Yeltsin, seorang yang diharapkan mampu membawa demokrasi ke tanah Rusia dan menyelamatkan Rusia dari chaosnya situasi ekonomi dan politik menjelang runtuhnya URSS.

Namun pada realitanya, Yeltsin justru malah membawa hadiah kehancuran untuk rakyat Rusia. Beberapa saat setelah Sovyet runtuh, dimana dia otomatis menjadi pemimpin dari Rusia. Boris Yeltsin menghadirkan berbagai kebijakan ekonomi neo-liberal, dengan dalih untuk menyelamatkan ekonomi Rusia yang pada waktu itu sedang kacau-kacaunya.

Kendati menyelamatkan perekonomian Rusia, reforma-reforma kapitalis ala Yeltsin malah berbuah bencana bagi perekonomian Rusia. Pasalnya, belum setahun kebijakan ekonomi neolib Yeltsin berjalan. Inflasi malah semakin meroket sampai ratusan persen. Harga-harga barang kebutuhan pokok naik secara drastis, setelah pemerintah melepas kontrol atas harga barang. Privatisasi yang kacau membuat kelas pekerja Rusia kehilangan kontrolnya atas alat produksi. Sementara itu kuota produksi dari industri kelas berat merosot tajam, jauh ketimbang saat pabrik-pabrik masih dikuasai oleh para buruh Sovyet. Rakyat Rusia makin sengsara. Uang yang mereka tabung di bank raib akibat banyaknya bank yang bangkrut. Angka kemiskinan melonjak tinggi. Pada akhirnya, angka kriminalitas juga ikut meningkat karena banyaknya warga yang memilih untuk mencari pekerjaan kotor, ketimbang tidak mendapat penghasilan sama sekali. Mata uang Rusia, Rubel benar-benar tidak berharga sama sekali. Era 90an menjadi malapetaka besar bagi Rusia yang baru mengalami transisi ke kapitalisme.

Sementara reforma-reforma kapitalis Yeltsin sudah memunculkan tampang aslinya, yakni krisis dan bencana untuk kelas pekerja. Banyak dari para pejabat Rusia saat itu, yang ironisnya sempat berada dalam 1 barisan dengan Yeltsin dalam drama pembubaran URSS. Perlahan-lahan mulai menyangsikan kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibuat oleh rezim Yeltsin. Para anggota Sovyet tertinggi (Parlemen Rusia saat itu) ialah instansi pemerintahan yang paling getol mengkritik reforma-reforma kapitalisnya Yeltsin. Selama tahun 1992-1993, bermunculan berbagai Partai Komunis neo-Sovyet yang menyerukan digulingkannya rezim Yeltsin dan menuntut dikembalikannya Uni Sovyet. Partai-partai ini cukup populer di mata rakyat Russia yang sudah merasa jengah dengan kondisi saat itu. Sementara itu di Sovyet Tertinggi, partai-partai nasionalis dan kiri membentuk blok oposisi untuk melawan Yeltsin. Dari sinilah konflik antara Yeltsin dan Sovyet Tertinggi, yang kemudian menjadi cikal bakal dari pemberontakan Moskow 1993. Baru dimulai.

Yeltsin merasa konfliknya dengan Sovyet Tertinggi harus segera dihentikan, meskipun dengan paksa. Maka dari itu, pada tanggal 21 September 1993, Boris Yeltsin mengeluarkan dekrit yang memerintahkan Kongres Deputi Rakyat dan Dewan Sovyet Tertingi Federasi Rusia agar menghentikan segala kegiatan mereka (baca : dibubarkan) dengan dalih reformasi konstitusional. Sesungguhnya, berdasarkan Konstitusi Rusia yang berlaku saat itu, tindakan Yeltsin ialah ilegal dan bertentangan. Oleh karenanya, dihari yang sama Sovyet Tertinggi membalas dengan mengadakan “Sidang Luar Biasa” dengan agenda “Kudeta di Federasi Rusia”. Berdasarkan hasil sidang tersebut, Boris Yeltsin telah melakukan tindakan inkonstitusional dan oleh karenanya tugas-tugas kepresidenan diambil alih oleh Wakil Presiden Petahana yakni Alexander Rutskoy. Yeltsin memandang apa yang dilakukan oleh Sovyet Tertinggi lewat Sidang Luar Biasa ialah kudeta terhadap dirinya. Terjadinya dualisme kekuasaan merupakan puncak dari ketegangan antara Yeltsin dan Sovyet Tertinggi

Sementara itu, situasi di jalanan Moskow juga tak kalah tegangnya. Semenjak tanggal 21 September 1993, tepatnya saat dekrit Yeltsin dikeluarkan. Aparat keamanan Moskow mengepung “Gedung Putih” (Gedung Parlemen Rusia) dengan pasukan anti huru-hara. Warga Moskow yang pro dengan parlemen juga ikut datang ke Gedung Putih untuk mendirikan barikade untuk mencegah serangan dari para polisi anti huru-hara yang bisa saja menyerbu Gedung Putih untuk mengagalkan aksi para anggota Sovyet Tertinggi. Selain warga Moskow, ribuan orang yang pro dengan Sovyet Tertinggi dari berbagai wilayah di Rusia datang ke Moskow dengan menggunakan kereta api. Tujuannya ialah menunjukan solidaritas mereka dengan anggota Sovyet Tertinggi yang sedang melawan rezim fasis Yeltsin. Kelompok-kelompok kiri serta ultranasionalis Rusia mulai membangun aliansi militan untuk bertarung di jalanan. Ribuan orang berduyun-duyun datang ke sekitar kompleks Gedung Putih sambil mengarak bendera Sovyet dan meneriakkan slogan-slogan yang menuntut pendirian kembali Uni Sovyet. Semua scene ini mengingatkan kita pada Revolusi Oktober 1917 seabad lebih yang lalu. 

Pada tanggal 3 Oktober 1993, massa pro parlemen dan aparat keamanan bentrok di sekitar Gedung Putih. Dimana massa pro parlemen berusaha untuk menerobos barikade pihak aparat keamanan untuk menduduki Gedung Putih yang selama berhari-hari yang lalu dikepung oleh kepolisian Moskow. Meskipun aparat keamanan saat itu dipersenjatai dengan water cannon, granat gas air mata, tameng, pentungan serta senapan Kalashnikov dengan peluru tajam. Massa pro parlemen tetap berhasil memukul mundur aparat keamanan. Beberapa dari massa kemudian merampas senapan-senapan dan bahkan peluncur granat RPG 7 yang ditinggalkan oleh para polisi.

Setelah sukses menduduki Gedung Putih, massa kemudian disambut dengan orasi oleh Rutskoy dan beberapa anggota parlemen lainnya. Beberapa saat kemudian, massa kembali bergerak untuk menduduki kantor walikota Moskow serta menara TV Ostankino. Malam hari, ketika massa mencoba untuk mendobrak pintu menara TV Ostankino. Salah seorang demonstran mengambil ancang-ancang untuk menembakkan RPG ke pintu gerbang menara. Kejadian tersebut kemudian membuat ratusan aparat keamanan yang sebelumnya berjaga di menara langsung menembaki massa dengan membabi buta. Puluhan orang tewas tertembak dalam kejadian ini. Moskow di 3 Oktober 1993 tak ada ubahnya seperti medan perang.

Pada Fajar 4 OKtober 1993, Yeltsin bersama dengan beberapa Jenderal angkatan bersenjata sepakat untuk menyerang Gedung Putih. Beberapa kolom tank dan kendaraan lapis baja lainnya dari divisi Taman bersama dengan ribuan pasukan mengepung Gedung Putih. Serangan diawali dengan dilepaskannya tembakan dari kendaraan lapis baja yang beberapa jam kemudian disusul dengan tank yang membombardir Gedung Putih sampai bangunan tersebut terbakar dibagian atasnya. Massa pro parlemen yang bertahan di Gedung Putih jelas kalah. Baik dari jumlah maupun persenjataan.

Pada Sore pukul 4 perlawanan kubu pro parlemen akhirnya sukses dipatahkan oleh Yeltsin. Menyisakan ratusan-ribuan korban jiwa dan luka-luka. Tokoh-tokoh utama dalam peristiwa ini seperti Alexander Rutskoy dan Ruslan Khasbulatov dijebloskan ke penjara oleh Yeltsin. Beberapa dari massa pro parlemen terus mencoba melawan dengan menjadi penembak runduk. Perlawanan benar-benar sukses dihancurkan di tanggal 5 Oktober 1993. Revolusi Oktober kedua akhirnya usai sudah.

Pasca usainya Pemberontakan Moskow 1993, Boris Yeltsin akhirnya sukses merubah Konstitusi Rusia lewat referendum di bulan Desember 1993. Konstitusi baru ini memberi kekuasaan yang lebih kepada presiden Rusia, yang kemudian hari menjadi cikal bakal kediktatoran Putin di era Rusia Modern sekarang ini.

 Partai Komunis Federasi Rusia, yang digadang-gadang sebagai penerus dari Partai Komunis Uni Sovyet masih tetap populer meskipun sempat ditekan setelah pemberontakan oleh Yeltsin. Gennady Zyuganov, pemimpin dari PKRF berhasil memantapkan dirinya sebagai oposisi terkuat dari Yeltsin. Sampai sekarang, Zyuganov dan PKRF tetap menjadi oposisi terbesar di pemerintahan Rusia. Meskipun kekuatan mereka sekarang tidak sekuat di tahun 90an akibat direpresi oleh rezim Putin.

Pemberontakan Moskow 1993 ialah pemberontakan yang terjadi secara spontan. Massa yang melakukan perlawanan saat itu sesungguhnya belum terorganisir dengan baik yang pada akhirnya berbuah menjadi bumerang dalam perlawanan itu sendiri. Kaum pekerja Rusia mengalami kekalahan saat Peristiwa Oktober 1993. Namun dari mereka kita memperoleh pelajaran yang sangat penting.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun hal-hal lainnya yang terkait dengan tulisan ini. Sekian dan terimakasih. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA Mahasiswa sebuah istilah yang seharusnya mengandung makna terpelajar dan kritis. Hal itu sudah semestinya selalu melekat dalam raga dan jiwa seorang mahasiswa. Secara umum untuk menyematkan istilah mahasiswa kepada sesorang adalah ketika ia memasuki gerbang universitas, serta melintasi berbagai proses acara penerimaan mahasiswa baru oleh kampus. Di dalam berbagai proses ini mahasiswa baru wajib untuk menyelesaikan agenda yang seringkali syarat dengan narasi "sakral". Grand narasi inilah yang menjelma sebagai lorong untuk menjadi mahasiswa yang identik dengan OSPEK.  Mahasiswa Baru & OSPEK Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau akronimnya OSPEK selalu terbayang menakutkan bagi mahasiswa baru dan selalu dinantikan oleh sebagian mahasiswa yang sudah senior beserta alumninya. Berbagai rapat yang panjang, alot dan berhari-hari menjadi penghias waktu sebelum terlaksananya OSPEK, berbagai interupsi susul menyusul dari bagian mahasis...

Fadli Zon Memanipulasi Tragedi Mei 1998

  Tragedi Mei 1998 adalah salah satu babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia. Ribuan nyawa melayang, properti ludes terbakar, dan yang paling mengerikan, laporan-laporan tentang perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa mencoreng kemanusiaan. Dalam iklim politik pasca-reformasi yang masih rentan, upaya untuk memahami, merekonstruksi, dan merekonsiliasi sejarah krusial untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul narasi-narasi tandingan yang alih-alih mencerahkan, justru berpotensi memanipulasi ingatan kolektif, bahkan menolak keberadaan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Fadli Zon sebagai Mentri Kebudayaan Republik IIndonesia, sebagai figur publik dan politisi, kerap menjadi sorotan dalam konteks ini, khususnya terkait pandangannya yang meragukan insiden perkosaan massal 1998. Fadli Zon dan Penolakan Fakta: Sebuah Pola yang Berulang Fadli Zon, melalui berbagai platform, termasuk media sosial ...

KELANGKAAN MINYAK DI KOTA PENGHASIL MINYAK TERBESAR

  Namaku Muchamad Abim Bachtiar (akrab disapa bach), saat ini sedang berkuliah di Program Studi Administrasi Publik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 6 semester dan sedang getol – getolnya aktif di Eksekutif Mahasiswa, saya tertarik untuk mengangkat isu minyak yang akhir – akhir ini hangat diperbincangkan di Kalimantan Timur. Kita semua mengetahui bahwa di Kalimantan Timur terdapat sebuah kota dengan penghasil minyak terbesar ketiga di Asia Tenggara, kota yang menjadi pusat ekspor minyak di berbagai provinsi hingga negara lain. Namun sayangnya, masyarakat yang hidup di kota tersebut malah mendapatkan masalah krisis atau kelangkaan dalam mendapatkan minyak dalam bermobilisasi. Kota ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Balikpapan. Aku akan memantik tulisan ini dengan memberitahu ke kawan – kawan semua bahwa Pertamina yang mendapatkan lisensi BUMN tak bosan - bosannya merugikan rakyat kecil. Korupsi yang meraup keuntungan 900t me...