Langsung ke konten utama

MERDEKA BAGI SIAPA?

MERDEKA BAGI SIAPA?

Ditulis oleh: Atun-Bidang media dan propaganda




“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…”

Dari penggalan kalimat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sudah sangat jelas bahwa terdapat beberapa tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumbah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia, yang di dasarkan oleh kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Namun pada kenyataannya sudah 76 tahun Negara Indonesia merdeka, hal hal di atas belum tercapai dengan semestinya.

Pada akhir tahun 2020 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat adanya penggunaan kekuatan berlebihan atau excessive use of force yang mengandalkan kekerasan dengan penggunaan apparat kepolisian dalam menghadapi warga negara. Banyaknya penggunaan kepolisian dalam kekerasan yang dilakukan oleh negara, membuat institusi Polri menjadi pihak paling banyak sebagai pelapor. Menurut Komnas HAM, tercatat ada sebanyak 2.320 kasus pengaduan berupa 881 kasus pelanggaran atas hak kesejahteraan, 801 kasus akses keadilan dan 160 kasus pengaduan atas hak rasa aman. Dari kasus tersebut tercatat 677 kasus yang melibatkan institusi kepolisian. Dengan adanya hal ini bisa terlihat bahwa praktik kekerasan yang dilakukan negara terhadap warga negara masih sering terjadi dan tidak sesuai dengan salah satu tujuan negara yaitu melindungi warga negaranya.

Selanjutnya pada sektor Pendidikan, perihal komerialisasi Pendidikan sedang hangat hangatnya menjadi perbincangan. Banyak masyarakat dan peserta Pendidikan merasa dirugikan karena biaya Pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik dan orang tua tidak sebanding dengan  fasilitas serta sarana yang di terima oleh peserta didik. Ditambah lagi dengan adanya biaya biaya tambahan yang harus di bayar. Selain itu, keresahan masyarakat dan peserta didik bertambah dengan tidak adanya proses akuntabilitas dan transparansi penyaluran dana yang dibangun oleh penyelenggara Pendidikan.

Tidak hanya hal hal di atas, masih banyak lagi tindakan tindakan negara yang tidak sesuai dengan tujuan awal negara ini dibentuk, kebijakan kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan kebutuhan rakyatnya, peraturan peraturan yang hanya memperkaya pemilik modal, minimnya pengetahuan terkait kesetaran gender di berbagai sektor, penindasan, pengusuran, serta kriminalisasi masyarakat adat, dan masih banyak hal lainnya, menjadi pertanyaan besar apakah benar negara ini sudah merdeka atau justru para pemangku jabatan dan pemilik modal itu sendiri yang menjajah negara ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA

PERANGAI MILITER DALAM LINGKARAN MAHASISWA Mahasiswa sebuah istilah yang seharusnya mengandung makna terpelajar dan kritis. Hal itu sudah semestinya selalu melekat dalam raga dan jiwa seorang mahasiswa. Secara umum untuk menyematkan istilah mahasiswa kepada sesorang adalah ketika ia memasuki gerbang universitas, serta melintasi berbagai proses acara penerimaan mahasiswa baru oleh kampus. Di dalam berbagai proses ini mahasiswa baru wajib untuk menyelesaikan agenda yang seringkali syarat dengan narasi "sakral". Grand narasi inilah yang menjelma sebagai lorong untuk menjadi mahasiswa yang identik dengan OSPEK.  Mahasiswa Baru & OSPEK Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau akronimnya OSPEK selalu terbayang menakutkan bagi mahasiswa baru dan selalu dinantikan oleh sebagian mahasiswa yang sudah senior beserta alumninya. Berbagai rapat yang panjang, alot dan berhari-hari menjadi penghias waktu sebelum terlaksananya OSPEK, berbagai interupsi susul menyusul dari bagian mahasis...

Fadli Zon Memanipulasi Tragedi Mei 1998

  Tragedi Mei 1998 adalah salah satu babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia. Ribuan nyawa melayang, properti ludes terbakar, dan yang paling mengerikan, laporan-laporan tentang perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa mencoreng kemanusiaan. Dalam iklim politik pasca-reformasi yang masih rentan, upaya untuk memahami, merekonstruksi, dan merekonsiliasi sejarah krusial untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah terulangnya tragedi serupa. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul narasi-narasi tandingan yang alih-alih mencerahkan, justru berpotensi memanipulasi ingatan kolektif, bahkan menolak keberadaan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Fadli Zon sebagai Mentri Kebudayaan Republik IIndonesia, sebagai figur publik dan politisi, kerap menjadi sorotan dalam konteks ini, khususnya terkait pandangannya yang meragukan insiden perkosaan massal 1998. Fadli Zon dan Penolakan Fakta: Sebuah Pola yang Berulang Fadli Zon, melalui berbagai platform, termasuk media sosial ...

KELANGKAAN MINYAK DI KOTA PENGHASIL MINYAK TERBESAR

  Namaku Muchamad Abim Bachtiar (akrab disapa bach), saat ini sedang berkuliah di Program Studi Administrasi Publik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 6 semester dan sedang getol – getolnya aktif di Eksekutif Mahasiswa, saya tertarik untuk mengangkat isu minyak yang akhir – akhir ini hangat diperbincangkan di Kalimantan Timur. Kita semua mengetahui bahwa di Kalimantan Timur terdapat sebuah kota dengan penghasil minyak terbesar ketiga di Asia Tenggara, kota yang menjadi pusat ekspor minyak di berbagai provinsi hingga negara lain. Namun sayangnya, masyarakat yang hidup di kota tersebut malah mendapatkan masalah krisis atau kelangkaan dalam mendapatkan minyak dalam bermobilisasi. Kota ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Balikpapan. Aku akan memantik tulisan ini dengan memberitahu ke kawan – kawan semua bahwa Pertamina yang mendapatkan lisensi BUMN tak bosan - bosannya merugikan rakyat kecil. Korupsi yang meraup keuntungan 900t me...