*Pers Rilis*
*Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK)*
*Upacara Rakyat 2021* *“MERDEKA TANPA TANAH AIR“*
Pangkur
_Manane tembung merdeka_
_Jaman iki kang kudu dilakoni_
_Bali bebarengan sayuk_
_Mring dasar Pancasila_
_Di ugemi di lakoni werdinipun_
_Wes tan wancine semoyo_
_Kudu enggal di tindaki_
Memaknai kata merdeka yang saat ini harus dilakukan adalah bersama-sama kembali ke dasar negara Pancasila. Jadikan pengangan dan lakukan apa yang terkandung dalam Pancasila. Ini sudah tidak bisa di tawar lagi. Harus segera di laksanakan.
_Banyu munggah dadi tanda_
_Agustus rong ewu selikur di pengeti_
_Dadiyo srana kang estu_
_Genepe panguripan_
_Aran mokal tanpa lenah ugo banyu_
_Biso ngkrasa merdeka_
_Nyukupke butuh ben ari_
Baiknya air (di bukit Alang-alangan desa Kedumulyo) menjadi pengingat peringatan hari kemerdekaan tahun 2021 jadilah sarana untuk meggenapkan hidup akan jadi mustahil merdeka tanpa tanah dan air, karena tanah air adalah modal utama kebutuhan hidup ini bisa tercukupi.
Selasa 17 Agustus 2021, bertempat di Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, kami Petani Kendeng yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK), berkumpul dalam situasi yang penuh keprihatinan, untuk kembali mengucap syukur pada Gusti Sang Semesta Raya atas karuniaNYA dalam Upacara Rakyat 2021 memperingati 76 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang tercinta.
Keprihatinan yang teramat dalam atas matinya nurani pemimpin negeri ini dan para wakil rakyat terhormat yang duduk di DPR. Dalam situasi pandemi yang melanda di seluruh belahan dunia, justru melakukan banyak hal yang semakin menjauh dari kepentingan hajat hidup orang banyak. Tidak di keluarkanya PP KPK, disahkannya Omnibuslaw UU Cipta Kerja, revisi UU Minerba dan aturan-aturan yang semakin menjauhkan cita-cita luhur para pahlawan pendiri bangsa yang tertuang dalam UUD 45. Negeri agraris yang gemah ripah loh jinawi, yang direbut dari tangan penjajah asing dengan cucuran darah, hari ini menghadapi ancaman besar kehancuran karena pengkrusakan lingkungan di biarkan begitu saja oleh pemerintah.
Di saat pandemi, seharusnya pemerintah melakukan penguatan sumber-sumber pangan di seluruh pelosok negeri ini. Pemberdayaan petani, nelayan, masyarakat pedalaman harusnya menjadi konsentrasi utama bagi pemerintah dengan melindungi lahan-lahan produktif, melindungi hutan serta melindungi lautan. Tetapi yang dilakukan pemerintah dan wakil rakyat di DPR justru malah sebaliknya.
Data dari Walhi Nasional menyebutkan bahwa pada tahun 2018, terdapat 82% lahan di Indonesia yang dikuasai oleh korporasi besar. Penguasaan melalui konsesi dan perizinan di sektor kehutanan, perkebunan, dan pertambangan ini akan makin parah di tahun-tahun selanjutnya pasca disahkannya omnibuslaw UU Cipta Kerja dan UU Minerba.
Pandemi harusnya dijawab dengan pertobatan ekologis, kesadaran bersama bahwa alam sudah lama terganggu keseimbangannya. Dan harusnya pemerintah sebagai inisiator dan penggerak utama bagi perbaikan alam dan lingkungan dengan membuat berbagai kebijakkan bagi penyelamatan alam. Peringatan kemerdekaan Indonesia harusnya dijawab dengan rasa syukur pada Gusti dengan cara menyelamatkan ibu bumi yang banyak rusak akibat keserakahan segelintir manusia akibat sistem oligarki yang terus "dipelihara" hingga saat ini. Cita-cita luhur dalam UUD 45 bahwa kekayaan alam dan seluruh isinya digunakan sebesar-besarnya untuk KEMAKMURAN RAKYAT, telah dirampas oleh sebagian bangsanya sendiri.
Sebagai petani, kami tetap akan berjuang keras untuk terus menanam, terus melawan "penindasan" yang merampas ruang hidup petani atas nama pembangunan dan investasi. Kami tetap ingin menjadi bangsa yang luhur, menjadi tuan atas tanahnya bukan menjadi bangsa budak. Perjuangan ini memang lebih berat karena yang kami hadapi adalah saudara sebangsa sendiri. Semangat kami akan terus berkobar demi tegaknya MERAH PUTIH yang sejati. Mengibarkan bendera Merah Putih bukan sekedar seremonial saja. Bagi kami, Itu adalah kecintaan terhadap Republik Indonesia, bumi tempat kami berpijak, yang harus terus kami hidupi dengan menjawab berbagai tantangan yang ada.
IBU BUMI WIS MARINGI
IBU BUMI DI LARANI
IBU BUMI KANG NGADILI
Salam Kendeng
LESTARI !!!
*Narahubung JM-PPK*
Gunretno (0813 9128 5242)
Komentar